Operasi Usus Buntu – Aman, Nyaman, dan Pemulihan Cepat

Metode penanganan apendisitis adalah apendektomi atau operasi pengangkatan usus buntu. Apendektomi bisa dilakukan dengan teknik bedah terbuka atau teknik laparoskopi. Laparoskopi itu sendiri dilakukan dengan menggunakan laparoskop, yaitu alat berupa selang panjang yang dilengkapi kamera dan lampu di ujungnya.

Kelebihan Operasi Usus Buntu dengan Laparoskopi

Operasi usus buntu dengan metode laparoskopi memiliki beberapa keuntungan jika dibandingkan dengan metode bedah terbuka, yaitu:

  • Nyeri setelah operasi yang lebih ringan
  • Risiko infeksi yang lebih kecil
  • Masa pemulihan yang lebih cepat
  • Bekas luka yang lebih kecil
  • Perawatan 3 hari sudah bisa beraktifitas seperti sediakala

Indikasi Operasi Usus Buntu dengan Laparoskopi

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, ada dua metode operasi untuk mengatasi penyakit usus buntu, yaitu operasi usus buntu dengan bedah terbuka dan laparoskopi. Dari dua pilihan tersebut, dokter akan memilih metode operasi yang tepat dan sesuai dengan kondisi pasien.

Operasi usus buntu dengan laparoskopi biasanya dilakukan pada pasien usus buntu yang sedang hamil, memiliki berat badan berlebih, berusia lanjut, atau masih anak-anak.

Penyakit usus buntu tak bisa dianggap sepele. Penyakit ini memiliki gejala yang mirip dengan penyakit lain yang tak kalah membahayakan. Mengetahui informasi seputar penyakit usus buntu akan membantu Anda mengambil langkah penanganan yang tepat ketika merasakan gejala usus buntu.

Mengenal Penyakit Usus Buntu
Ketika mendengar ada seseorang yang terkena penyakit usus buntu, biasanya yang langsung muncul di pikiran adalah biji cabai. Sebab, selama ini berkembang mitos yang menyebutkan biji cabai bisa menyebabkan sakit usus buntu. Padahal belum ada bukti kuat bahwa biji cabai adalah penyebab penyakit itu. Demikian pula biji tomat, jambu biji, atau paprika yang sering dituding bisa menumpuk di usus hingga mengakibatkan masalah usus buntu.
Penyakit usus buntu atau disebut Apendisitis adalah masalah peradangan pada usus buntu, yang berbentuk semacam kantong berbentuk jari yang menonjol di ujung usus besar di sisi kanan bawah perut. Pada anak-anak, usus buntu menjadi bagian dari sistem imun yang membantu melawan infeksi. Pada orang dewasa, fungsi itu disebut hilang karena digantikan oleh bagian tubuh lain.
Namun para peneliti kesehatan meyakini usus buntu masih berfungsi sebagai tempat bernaung bakteri baik dalam tubuh. Ketika seseorang mengalami penyakit yang berpengaruh pada usus, bakteri baik ini akan membantu memenuhi usus sehingga usus dapat pulih kembali. Yang pasti, orang masih bisa hidup secara normal tanpa usus buntu jika usus itu harus diangkat lewat operasi karena mengalami peradangan.
Penyakit usus buntu terdiri atas dua jenis, yakni akut dan kronis. Keduanya sama-sama menimbulkan gejala berupa rasa sakit di bagian perut. Apendisitis akut terjadi ketika seseorang tiba-tiba mengalami rasa sakit yang parah akibat peradangan usus buntu. Gejala ini tak bisa diabaikan dan memerlukan perawatan medis secepatnya. Sedangkan apendisitis kronis terjadi saat gejala penyakit itu datang dan pergi dalam waktu yang lama. Bila apendisitis ini tak terdiagnosis, orang tersebut akan terus mengalami gejala ini hingga bertahun-tahun.

Siapa Saja yang Bisa Terkena Penyakit Usus Buntu ?
Semua orang bisa mengalami penyakit usus buntu terlepas dari usia dan jenis kelaminnya. Namun kaum pria lebih rentan terkena penyakit ini. Secara global, apendisitis lebih sering terjadi pada orang berumur 10-30 tahun. Di Indonesia, kebanyakan kasus apendisitis didapati pada orang berusia 20-30 tahun. Angka kejadian apendisitis akut di Indonesia sempat menjadi yang tertinggi di antara negara-negara Asia Tenggara dengan jumlah kasus sekitar 10 juta per tahun.

Tanda dan Gejala
Penyakit usus buntu memiliki tanda dan gejala yang sulit dibedakan dengan gejala penyakit lain, seperti masalah kantong empedu, infeksi saluran kemih, dan peradangan lambung. Gejala yang utama adalah rasa sakit atau nyeri pada perut. Orang yang mengalami apendisitis kronis mungkin mengalami gejala berikut ini:
1. Demam
2. Perut bengkak dan terasa lebih lunak saat disentuh
3. Merasa kecapekan atau tak bertenaga
4. Mual-mual atau diare
5. Merasa tidak enak badan
6. Adapun gejala nyeri perut apendisitis akut biasanya spesifik bermula dari sekitar pusar lalu menjalar ke sisi kanan perut. Rasa sakit ini awalnya ringan, tapi bisa segera berubah menjadi lebih berat.

Penyebab Penyakit Usus Buntu
Penyebab penyakit usus buntu tidak bisa dipastikan. Biasanya penyakit ini terjadi karena usus buntu terhalang sesuatu, seperti tinja yang mengeras, tumor, parasit, atau infeksi yang menyebabkan usus buntu membengkak. Ketika kondisi itu terjadi, bakteri bisa berkembang biak dan memicu munculnya nanah sehingga usus buntu tertekan dari dalam. Akibatnya, timbul rasa sakit yang parah di perut.
Cedera di perut juga bisa memicu apendisitis, seperti luka tusuk, luka tembak, atau luka karena kecelakaan di jalan raya. Untuk memastikan apa penyebabnya, diperlukan penanganan dokter yang akan melakukan serangkaian tes untuk menegakkan diagnosis.

Kapan Harus ke Dokter?
Apendisitis memerlukan penanganan medis secepatnya bila muncul gejala sakit di perut yang hebat, terutama bila disertai demam serta mual atau muntah. Segera datangi rumah sakit untuk diperiksa dokter. Usus buntu berisiko robek 48 jam setelah gejala tersebut muncul. Bila sudah robek, penanganan medis oleh dokter adalah jalan satu-satunya untuk menghindari risiko fatal hilangnya nyawa pasien. Karena itu, sebaiknya berkonsultasilah ke dokter jika curiga ada gejala penyakit usus buntu sekecil apa pun. Deteksi dini lebih baik daripada kondisi usus buntu sudah telanjur parah akibat peradangan.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *